PENDANGKALAN SUNGAI DESA PURWAJAYA
DISUSUN OLEH
PUTRI AYU KUMALASARI
(2981)
X MIPA 3
SMA NEGERI 10 SAMARINDA
2017/2018
KATA PENGANTAR
Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah tentang pendangkalan sungai di desa Purwajaya, kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara.
Karya tulis ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan karya tulis ilmiah. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga karya tulis ilmiah tentang pendangkalan sungai di desa Purwajaya, kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara dapat memberikan manfaat dan pengetahuan terhadap pembaca.
Karya tulis ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan karya tulis ilmiah. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga karya tulis ilmiah tentang pendangkalan sungai di desa Purwajaya, kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara dapat memberikan manfaat dan pengetahuan terhadap pembaca.
Samarinda, 19 November 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Sungai
2.2. Struktur Sungai
2.3. Pendangkalan Sungai
2.4. Erosi
2.5. Ablasi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
3.2. Objek Penelitian dan Sample
3.3. Instrumen Penelitian
3.4. Pengumpulan Data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2. Faktor Penyebab Terjadinya Pendangkalan sungai
4.3. Dampak Pendangkalan sungai
4.4. Solusi Pendangkalan Sungai
BAB V PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
5.2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Aspek geografi yang mendasari terjadinya pendangkalan sungai adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan Mengenai Gejala Alam dan Kehidupan Di Muka Bumi (Gejala Geosfer).
Pengeahuan mengenai gejala alam dan kehidupan di muka bumi, artinya geografi mengkaji atau mempelajari berbagai faktor penyebab, sekaligus mencari dan menemukan jawaban mengapa dan bagaimana terjadi gejala geosfer.
b. Interaksi Antara Manusia dan Lingkungannya.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan primer maupun sekunder manusia pasti memanfaatkan lingkungan alam. Oleh karena itu, manusia dituntut untuk bersikap bijak agar kelestarian daya dukung alam tetap terpelihara dengan sebaik-baiknya.
c. Dalam Konteks Keruangan dan Kewilayahan.
Di dalam mengkaji atau mempelajari gejala geosfer serta interaksi manusia dengan lingkungannya, yang diutamakan adalah persebaran gejala geosfer dalam suatu wilayah atau ruang dan interaksi manusia dengan lingkungannya.
Di Samarinda ini sudah banyak pendangkalan sungai yang sering kita anggap remeh padahal hal inilah yang menyebabkan banjir terjadi dimana-mana terutama di Loa Janan.
Pendangkalan sungai yang dimaksud disini adalah lumpur yang mengendap yang terbawa oleh air limbah dari hasil penambangan batubara. Di sisi lain masyarakat yang menggunakan air sungai tersebut sebagian besar petani yang pemanfaatan airnya sangat bergantung terhadap sungai yang mengalir di wilayah tersebut.
Adapun terjadinya pendangkalan sungai sangat berpengaruh terhadap debit air yang mengalir di sungai tersebut. Adapun harapan dari masyarakat yang berada di sekitar untuk dapat menormalisasikan pendangkalan sungai agar sungai tersebut kembali dapat menampung air lebih baik lagi.
1.2. Rumusan Masalah
Pendangkalan sungai merupakan salah satu faktor penyebab air sungai menjadi keruh, untuk mencari solusinya harus dicari terlebih dahulu faktor penyebab makin keruhnya sungai yang menjadi sumber air baku. Bila pendangkalan sungai menjadi penyebabnya, maka upaya untuk mengurangi pendangkalan sungai itu harus segera dilaksanakan. Kegiatan penambangan baik batu bara atau migas memang akan menimbulkan dampak negatif. Dampak yang timbul akibat kegiatan penambangan tidak bisa dihindari, namun sudah saatnya kita benahi.
Berdasarkan uraian beberapa masalah pada latar belakang, maka kami mengambil satu masalah yang dipandang penting untuk diteliti yaitu penyebab, dampak serta upaya penanganan pendangkalan sungai.
Masalah tersebut peneliti jadikan rumusan masalah, “Apakah penyebab dan dampak serta upaya penanganan dari pendangkalan sungai?”.
1.3. Tujuan Penelitian
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya pendangkalan sungai agar kita dapat mengetahui cara menanggulanginya.
Dengan adanya karya ilmiah ini diharapkan masyarakat mampu mengantisipasi atau mencegah agar pendangkalan sungai ini tidak terjadi lagi di kemudian hari.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Sungai
Sungai dapat didefinisikan sebagai saluran di permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah yang melalui saluran itu air dari darat menglir ke laut.Di dalam Bahasa Indonesia, kita hanya mengenal satu kata “sungai”. Sedang di dalam Bahasa Inggris dikenal kata “stream” dan “river”. Kata “stream” dipergunakan untuk menyebutkan sungai kecil, sedang “river” untuk menyebutkan sungai besar.
Sungai adalah sistem pengairan air dari mulai mata air sampai ke muara dengan dibatasi kanan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh sempadan sungai (Sudaryoko,1986). Sungai adalah fitur alami dan integritas ekologis, yang berguna bagi ketahanan hidup (Brierly, 2005).
Menurut Dinas PU, sungai sebagai salah satu sumber air mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat. sedangkan PP No. 35 Tahun 1991 tentang sungai, “Sungai merupakan tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan”.
Sungai adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau, rawa, atau ke sungai yang lain(Hamzah, 2009).
2.2. Struktur Sungai
Menurut Forman dan Gordon (1983), morfologi pada hakekatnya merupakan bentuk luar, yang secara rinci digambarkan sebagai berikut;
Lebih jauh Forman (1983), menyebutkan bahwa bagian dari bentuk luar sungai secara rinci dapat dipelajari melalui bagian-bagian dari sungai, yang sering disebut dengan istilah struktur sungai. Struktur sungai dapat dilihat dari tepian aliran sungai (tanggul sungai), alur sungai, bantaran sungai dan tebing sungai, yang secara rinci diuraikan sebagai berikut:
2.2.1. Alur dan Tanggul Sungai
Alur sungai (Forman & Gordon, 1983; dan Let, 1985), adalah bagian dari muka bumi yang selalu berisi air yang mengalir yang bersumber dari aliran limpasan, aliran sub surface run-off, mata air dan air bawah tanah (base flow). Lebih jauh Sandy (1985) menyatakan bahwa alur sungai dibatasi oleh bantuan keras, dan berfungsi sebagai tanggul sungai.
2.2.2. Dasar dan Gradien sungai
Forman dan Gordon (1983), menyebutkan bahwa dasar sungai sangat bervariasi, dan sering mencerminkan batuan dasar yang keras. Jarang ditemukan bagian yang rata, kadangkala bentuknya bergelombang, landai atau dari bentuk keduanya; sering terendapkan matrial yang terbawa oleh aliran sungai (endapan lumpur). Tebal tipisnya dasar sungai sangat dipengaruhi oleh batuan dasarnya. Dasar sungai dari hulu ke hilir memperlihatkan perbedaan tinggi (elevasi), dan pada jarak tertentu atau keseluruhan sering disebut dengan istilah “gradien sungai” yang memberikan gambaran berapa presen rataan kelerengan sungai dari bagian hulu kebagian hilir. Besaran nilai gradien berpengaruh besar terhadap laju aliran air.
2.2.3. Bantaran sungai
Forman dan Gordon (1983) menyebutkan bahwa bantaran sungai merupakan bagian dari struktur sungai yang sangat rawan. Terletak antara badan sungai dengan tanggul sungai, mulai dari tebing sungai hingga bagian yang datar. Peranan fungsinya cukup efektif sebagai penyaring (filter) nutrien, menghambat aliran permukaan dan pengendali besaran laju erosi. Bantaran sungai merupakan habitat tumbuhan yang spesifik (vegetasi riparian), yaitu tetumbuhan yang komunitasnya tertentu mampu mengendalikan air pada saat musim penghujan dan kemarau.
2.2.4. Tebing sungai
Bentang alam yang menghubungkan antara dasar sungai dengan tanggul sungai disebut dengan “tebing sungai”. Tebing sungai umumnya membentuk lereng atau sudut lereng, yang sangat tergantung dari bentuk medannya. Semakin terjal akan semakin besar sudut lereng yang terbentuk. Tebing sungai merupakan habitat dari komunitas vegetasi riparian, kadangkala sangat rawan longsor karena batuan dasarnya sering berbentuk cadas.
Sandy (1985), menyebutkan apabila ditelusuri secara cermat maka akan dapat diketahui hubungan antara lereng tebing dengan pola aliran sungai.
Struktur sungai pada hakekatnya merupakan komponen (elemen) atau bagian dari morfologi sungai, yang meliputi badan sungai, tebing sungai, bantaran sungai dan tanggul sungai. Bagian dari badan sungai dapat diketahui gradien sungainya. Permukaan bumi menunjukkan adanya relief, baik dalam sekala besar maupun kecil yang memungkinkan terjadinya aliran dari hulu ke hilir. Bentuk dan lingkungan fisik sungai secara alamiah terlihat sejak munculnya bumi kepermukaan. Air merupakan salah satu di antara faktor-faktor penyebab terbentuknya sungai yang dipengaruhi oleh besaran curah hujan, jenis batuan, dan ketinggian tepat. Curah hujan sebagai sumber air sungai, jenis batuan dan ketinggian tempat sangat berpengaruh terhadap bentuk komunitas vegetasi bantaran sungai, serta berpengaruh terhadap temperatur air sungai, salinitas, dan tingkat kekeruhannya.
Mencermati atas uraian profil sungai, dimana ada tiga taraf dalam proses pengembangnnya (periode muda, dewasa dan tua), nampaknya apabila ditelusuri lebih jauh, akan memperlihatkan bentuk struktur yang berbeda antara periode yang satu dengan lainnya. Hal ini terlihat dari kenampakan seperti mengapa meander terjadi di bagian tengah atau dekat ke hilir, delta selalu berada di daerah hilir, dan gerusan dasar sungai lebih cenderung terjadi di gradien yang lebih besar presentase kelerengannya. Demikian halnya terhadap pola aliran air yang nampaknya secara spesifik juga akan memperlihatkan struktur yang berbeda antara pola yang satu dengan lainnya. Hal ini mengingat bahwa terbentuknya pola aliran sungai sangat dipengaruhi oleh dominansi batuan pembentunya (batuan beku dan atau batuan sedimen).
2.3. Pendangkalan Sungai
Pendangkalan sungai adalah suatu peristiwa terjadinya pengendapan partikel padatan yang terbawa oleh arus sungai seperti di kelokan sungai (meander), waduk, atau dam. Partikel ini berupa padatan besar seperti sampah, ranting tanaman, atau sampah lainnya, tetapi yang terutama adalah karena partikel tanah akibat erosi yang berlebihan di daerah hulu sungai. Air hujan akan membawa dan menggerus tanah subur di permukaan dan melarutkannya untuk terbawa ke sungai, partikel tanah inilah yang akan menyebabkan proses pendangkalan ini. Proses transportasi partikel semacam ini disebut sebagai suspensi. Hasil partikel yang terbawa ini biasanya akan berupa lumpur tanah dan kemudian tersedimentasi di dasar sungai.
2.4. Erosi
Yang dimaksud dengan erosi adalah proses pengikisan batuan, tanah, maupun padatan lainnya yang disebabkan oleh gerakan air, es, atau angin. Kadangkala banyak yang menyebut erosi sebagai pelapukan. Akan tetapi antara pelapukan karena cuaca dan erosi tidaklah sama. Pelapukan merupakan terjadinya penghancuran mineral batuan baik karena suatu proses fisik, kimiawi, atau kedua-duanya. Erosi yang dialami oleh padatan sebenarnya disebabkan oleh alam (air, angin, dan sebagainya), tapi ulah manusia membuat erosi yang sudah terjadi kian parah.
2.4.1. Tahapan Erosi
1. Detachment. Yaitu proses lepasnya batuan dari massa induk.
2. Transportasi. Yaitu perpindahan batu yang sudah terkikis dari suatu wilayah/kawasan ke wilayah lainnya.
3. Sedimentasi. Yaitu mengendapnya batu yang terkikis.
2.4.2. Faktor Penyebab Erosi
1. Tumbuhan
2. Alih fungsi lahan
3. Iklim
4. Jenis dan sifat tanah
5. Topografi (kemiringan dan panjangnya lereng).
2.4.3. Dampak Terjadinya Erosi
1. Lapisan tanah atas semakin tipis. Erosi yang terus menerus mengikis tanah akan berefek pada permukaan tanah atas yang makin tipis.
2. Penyebab Banjir. Erosi merupakan salah satu penyebab terjadinya bencana banjir. Dikarenakan lahan yang erosi akan menurun kemampuannya dalam menyerap air ke tanah. Air yang meluap dan sukar terserap dengan cepat berdampak pada bencana banjir yang melanda suatu daerah.
3. Tanah tidak bisa menyerap air dengan baik. Intinya sama dengan poin sebelumnya. Tanah yang erosi, tentu tidak dapat menyerap air dengan baik. Ini menyebabkan air di permukaan akan melimpah dan meluap.
4. Sedimentasi sungai. Tanah yang terangkut oleh air yang mengikisnya (pengikisan tanah akibat erosi oleh air), akan masuk ke sungai dan mengendap di sana, sehingga terjadi pendangkalan sungai.
2.5. Ablasi
Ablasi atau erosi air sungai merupakan suatu proses pengikisan tanah di sekitar aliran air. Kecepatan air, banyaknya air, dan pasir yang diangkut dalam air dapat mempengaruhi cepat lambatnya pengikisan. Aliran dari air sungai yang terus menerus mengikis permukaan atau sisi-sisi sungai akan berdampak pada terbentuknya ngarai, jurang, maupun lembah.
2.5.1. Erosi yang kemungkinan bisa terjadi sepanjang aliran sungai adalah :
1. Erosi mudik. Adalah pengikisan yang terjadi pada dinding air terjun dan lama kelamaan akan mempengaruhi letak air terjun jadi mundur ke hulu.
2. Erosi tebing sungai. Adalah pengikisan dinding sungai yang berdampak pada meluasnya lembah.
3. Erosi badan sungai. Adalah pengikisan yang terjadi di dalam badan sungai dan berdampak pada sungai yang makin dalam.
2.5.2. Berdasarkan tingkatan/tahapan kerusakan tanah yang kikis, dapat dibagi menjadi :
1. Erosi aliran (splash erosion)
Erosi aliran dapat membuat partikel-partikel tanah di permukaan jadi hanyut bersama aliran air. Ada beberapa cara air tersebut bisa membuat partikel tanah hanyut. Pertama adalah saltasi (turbulensi air membuat tanah lompat dan tersapu oleh air seraya gerak ke arah bawah), kedua adalah dengan cara rayapan (tanah yang sudah banyak mengandung air itu merayap turun dari lereng, ketiga suspensi (saat tanah halus bercampur dengan air).
Erosi aliran dapat membuat partikel-partikel tanah di permukaan jadi hanyut bersama aliran air. Ada beberapa cara air tersebut bisa membuat partikel tanah hanyut. Pertama adalah saltasi (turbulensi air membuat tanah lompat dan tersapu oleh air seraya gerak ke arah bawah), kedua adalah dengan cara rayapan (tanah yang sudah banyak mengandung air itu merayap turun dari lereng, ketiga suspensi (saat tanah halus bercampur dengan air).
2. Erosi percik
Erosi percik yaitu pengikisan yang terjadi saat percikan air jatuh ke tanah. Misalnya ketika terjadi hujan yang mengikis tanah sedikit demi sedikit.
Erosi percik yaitu pengikisan yang terjadi saat percikan air jatuh ke tanah. Misalnya ketika terjadi hujan yang mengikis tanah sedikit demi sedikit.
3. Erosi saluran
Adalah saat air lewat tanah yang lebih rendah dan menghasilkan cekungan. Air yang mengalir dan terus mengikis tanah akan membentuk alur air (rill) atau erosi alur/rill erosion, selanjutnya apabila prosesnya lama akan terbentuk parit (gully) atau erosi parit/gully erosion.
Adalah saat air lewat tanah yang lebih rendah dan menghasilkan cekungan. Air yang mengalir dan terus mengikis tanah akan membentuk alur air (rill) atau erosi alur/rill erosion, selanjutnya apabila prosesnya lama akan terbentuk parit (gully) atau erosi parit/gully erosion.
2.5.3. Bentang alam hasil dari ablasi antara lain.
1. Oxbow lake (danau tapal kuda), Adalah danau yang terjadi dari sungai yang dahulu belok, lalu menerobos.
2. Meander, Adalah sungai berliku yang lama-lama dapat membentuk oxbow lake.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Dalam memahami suatu masalah diperlukan metode atau cara menganalisis.
Pendekatan geografi merupakan suatu cara untuk menganalisis berbagai gejala atau fenomena di permukaan bumi ini.
Pendekatan yang digunakan disini adalah pendekatan keruangan dan pendekatang kelingkungan (ekologi). Pendekatan keruangan mengkaji suatu permasalahan berdasarkan ruang kejadiannya. Analisis keruangan merupakan pendekatan yang khas dalam geografi sebab merupakan studi tentang keanekaragaman ruang muka Bumi. Pendekatan kelingkungan atau ekologi adalah pendekatan yang digunakan untuk mengetahui keterkaitan dan hubungan antara unsur-unsur yang berada di lingkungan tertentu, yaitu hubungan antarmakhluk hidup dan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan alamnya.
3.2. Objek Penelitian dan Sample
Objek penelitian ini adalah pendangkalan sungai di desa Purwajaya, kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara. Sample penelitian ini adalah berupa gambar hasil kegiatan observasi pendangkalan sungai di bendungan desa Purwajaya.
3.3. Instrumen Penelitian
3.3.1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1. Perangkat keras (hardware), yaitu laptop dan kamera.
3.3.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi :
1. Peta wilayah desa Purwajaya
3.4. Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan yaitu dengan melakukan observasi langsung ke lokasi. Selain melakukan observasi langsung, kami juga mewawancarai seorang warga yang tinggal di desa tersebut dan memiliki peran penting dalam pemeliharan bendungan di desa Purwajaya.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari artikel-artikel maupun buku. Selain itu, data yang diambil juga berdasarkan kajian pustaka.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Partikel pada pendangkalan sungai ini berupa partikel tanah akibat erosi yang berlebihan di daerah hulu sungai. Air hujan akan membawa dan menggerus tanah subur di permukaan dan melarutkannya untuk terbawa ke sungai, partikel tanah inilah yang akan menyebabkan proses pendangkalan ini. Hasil partikel yang terbawa ini biasanya akan berupa lumpur tanah dan kemudian tersedimentasi di dasar sungai.
4.2. Faktor Penyebab Terjadinya Pendangkalan Sungai
Pada dasarnya pendangkalan sungai disebabkan oleh pengendapan partikel padatan yang terbawa oleh arus sungai. Air hujan akan membawa dan menggerus tanah subur di permukaan dan melarutkannya untuk terbawa ke sunga.
Adapun faktor perubahan yang menyebabkan terjadinya pendangkalan sungai, yaitu perubahan lingkungan yang di dalamnya meliputi perubahan iklim, perubahan geologi, dan perubahan geomorfologi.
4.3. Dampak Pendangkalan Sungai
Pendangkalan sungai ini bisa menyebabkan beberapa masalah berikut:
1. Pelumpuran
2. Meghilangnya mata air
3. Kualitas air yang memburuk
4. Merusak ekosistem air
5. Meningkatnya bencana banjir dan kekeringan.
4.4. Solusi Pendangkalan Sungai
Karena dampak yang diakibatkan dari adanya pendangkalan sungai ini cukup berbahaya bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan. Diantaranya sebagai berikut:
1. Metode Vegetatif - Metode guna menghambat terjadinya erosi digunakan dengan cara menanam pohon yang cukup kuat untuk mengatasi erosi tanah di dalam sungai.
2. Metode Mekanik - Metode ini dilakukan dengan cara membuat lapisan tanah menjadi lebih kuat secara langsung seperti dengan menambah tingkat penyerapan air dan lainnya.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pendangkalan sungai terjadi karena adanya pengendapan partikel padatan yang terbawa oleh arus sungai, seperti di kelokan sungai (meander), waduk atau dam, ataupun muara sungai.
2. Partikel ini bisa berupa padatan besar, seperti sampah, ranting, dan lainnya. Namun, sumber utama partikel ini biasanya berupa partikel tanah sebagai akibat dari erosi yang berlebihan di daerah hulu sungai.
3. Pendangkalan sungai dapat diatasi jika seluruh komponen masyarakat bisa saling bekerja sama sambil terus melakukan upaya pengerukan dasar sungai.
5.2. Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian saya, saya berharap pembaca dan masyarakat sekitar agar dapat melakukan hal-hal berikut :
1. Tidak membuang sampah di sungai.
2. Menormalisasikan pendangkalan sungai agar sungai tersebut kembali dapat menampung air lebih baik lagi.
3. Seluruh komponen masyarakat bisa saling bekerja sama sambil terus melakukan upaya pengerukan dasar sungai
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Komentar
Posting Komentar